Daftar Blog Saya

Sabtu, 29 Juni 2013

You Are My Religion

I’ve lost my faith in everything, I couldn’t believe in anything
Until I put my faith in you
Is it a sin
Is it a crime to worship somebody all of the time anytime
I would do anything for you
I wasn’t looking for a miracle
Didn’t think that love was possible, but your love has made me whole
And I pray that this will never end,
You are my lover my best friend,
You took me in and save my soul
I found my heaven right here with you,
Believe in me forever I believe in you
Not just on Sunday, I love you everyday
And I fall to my knees, every night I pray
Since you’ve come and saved me for all eternity
Forgive me for all the things that I have done
In the name of the father and the son
You are my religion

Ayah Melupakan

Kita tidak pernah memahami diri sendiri begitu jelas seperti ketika kita berada didalam kepenuhan cahaya cinta untuk orang lain Dengar nak, aku mengatakan hal ini saat kau tertidur, tangan mungilmu tergenggam dibawah dagumu dan rambut pirangmu yang keriting menempel di dahimu. Aku mencuri- curi masuk ke kamarmu sendirian. Baru beberapa menit yang lalu, saat aku duduk membaca Koran di perpustakaan, sebuah gelombang penyesalan yang mencekik melandaku. Dengan perasaan bersalah, aku mendatangi sisi tempat tidurmu. Hal- hal inilah yang sedang aku pikirkan, nak. Aku bertentangan denganmu. Aku membentakmu ketika kau sedang berpakaian untuk pergi ke sekolah karena kamu hanya mengelap mukamu denga handuk. Aku memberimu tugas karena kau tidak membersihkan sepatumu. Aku berteriak dengan marah ketika kau melempar beberapa barangmu ke lantai. Saat makan pagi, aku menemukan kesalahan juga. Kau menumpahkan macam- macam. Kau mengemut makananmu. Kau meletakkan sikumu di atas meja. Kau mengolesi rotimu dengan mentega. Dan ketika kau mulai bermain dan aku mulai mengarahkanmu, kau berbalik dan melambaikan tanganmu dan berkata, “selamat tinggal, ayah!” dan aku merengut dan menjawab, “kembali ke mari!” Dan semuanya mulai terjadi lagi di siang harinaya. Saat aku keluar rumah, aku memperhatikanmu, sedang berlutut main kelereng. Ada lubang- lubang di kaos kakimu. Aku merendahkanmu di depan teman- temanmu denagn menyuruhmu berjalan pulang di depanku. Kaos kaki itumahal harganya dan jika kau yang harus membelinya, kau pasti akan lebih berhati- hati! Bayangkanlah itu nak, dari seorang ayah! Apakah kau ingat setelahnya, ketika aku sedang membaca di perpustakaan, bagaimana kau masuk dengan takut- takut, dan tatapan terluka dimatamu? Ketika aku melirik dari balik koranku, tidak sabar menunggu interupsimu, kau tamp[ak ragu- ragu di depan pintu. “Apa yang kau inginkan?” aku berkata tak sabar. Kau tidak mengatakan apa- apa, tetapi berlari melintas dalam sebuah dorongan emosi, dan memeluk leherku dan menciumiku dan tangan mungilmu memeluk erat penuh cinta yang Allah tumbuhkan di hatimu. Dan kemudian kau pergi menaiki tangga. Baiklah nak, segera sesudah itu aku menaruh koranku dan sebuah ketakutan yang menyakitkan melandaku. Kebiasaan apa yang aku perbuat? Kebiasaan mencari-a cari kesalahan, dengan mengomeli adalah penghargaan untukmu karena menjadi seorang anak laki- laki. Itu bukan karena aku tidak mengasihimu. Itu karena aku terlalu banyak mengharapkanmu, dan aku mengukurmu dengan ukuranku. Dan ada begitu banyak hal- hal baik, indah dan benar dalam karaktermu. Hati kecil seluas fajar yang meliputi perbukitan . hal ini kau tunjukkan melalui spontanitasmu untuk masuk menemuiku dan member ciuman selamat malam untukku. Bukan masalah, kalau malam ini aku datang di sisi tempat tidurmudalam kegelapan, dan aku berlutut disana merasa malu! Ini adalah saat yang melemahkan . aku tahu kau tidak akan mengerti hal- hal ini jika aku mengatakan padamu saat kau terbangun. Tetapi esok, aku akan menjadi seorang ayah yang sesungguhnya ! aku akan berteman denganmu, menderita saat kau menderita, dan tertawa saat kau tertawa. Aku akan menggigit lidahku saat kata- kata tak sabar datang. Aku akan tetap mengatakan hal ini seolah- olah sebuah ritual: “Dia hanya seorang anak laki- laki kecil dan membiarkannya menjadi anak laki- laki kecil!” Aku khawatir telah menganggapmu sebagai laki- laki dewasa. Hingga saat kau melihatmu sekarang nak, meringkuk dan kelelahan ditempat tidurmu. Aku melihat bahwa kau masih seorang bayi. Kemarin kau berada dalam gendongan ibumu, kepalamu ada di bahunya. Aku memintamu terlalu banyak, sedangkan memberi diriku terlalu sedikit. Berjanjilah, saat aku mengajarimu untuk bersikap sebagai seorang laki- laki, kau akan mengingatkanku bagaimana mempunyai semangat mencintai seorang anak

Kamis, 27 Juni 2013

Narrative text :
Sleeping Beauty Long ago there lived a King and Queen who said every day, "If only we had a child!" But for a long time they had none. One day, as the Queen was bathing in a spring and dreaming of a child, a frog crept out of the water and said to her, "Your wish shall be fulfilled. Before a year has passed you shall bring a daughter into the world." And since frogs are such magical creatures, it was no surprise that before a year had passed the Queen had a baby girl. The child was so beautiful and sweet that the King could not contain himself for joy. He prepared a great feast and invited all his friends, family and neighbours. He invited the fairies, too, in order that they might be kind and good to the child. There were thirteen of them in his kingdom, but as the King only had twelve golden plates for them to eat from, one of the fairies had to be left out. None of the guests was saddened by this as the thirteenth fairy was known to be cruel and spiteful. An amazing feast was held and when it came to an end, each of the fairies presented the child with a magic gift. One fairy gave her virtue, another beauty, a third riches and so on -- with everything in the world that anyone could wish for. After eleven of the fairies had presented their gifts, the thirteenth suddenly appeared. She was angry and wanted to show her spite for not having been invited to the feast. Without hesitation she called out in a loud voice, "When she is fifteen years old, the Princess shall prick herself with a spindle and shall fall down dead!" Then without another word, she turned and left the hall. The guests were horrified and the Queen fell to the floor sobbing, but the twelfth fairy, whose wish was still not spoken, quietly stepped forward. Her magic could not remove the curse, but she could soften it so she said, "Nay, your daughter shall not die, but instead shall fall into a deep sleep that will last one hundred years." Over the years, the promises of the fairies came true -- one by one. The Princess grew to be beautiful, modest, kind and clever. Everyone who saw her could not help but love her. The King and Queen were determined to prevent the curse placed on the Princess by the spiteful fairy and sent out a command that all the spindles in the whole kingdom should be destroyed. No one in the kingdom was allowed to tell the Princess of the curse that had been placed upon her for they did not want her to worry or be sad. On the morning of her fifteenth birthday, the Princess awoke early -- excited to be another year older. She was up so early in the morning, that she realized everyone else still slept. The Princess roamed through the halls trying to keep herself occupied until the rest of the castle awoke. She wandered about the whole place, looking at rooms and halls as she pleased and at last she came to an old tower. She climbed the narrow, winding staircase and reached a little door. A rusty key was sticking in the lock and when she turned it, the door flew open. In a little room sat an old woman with a spindle, busily spinning her flax. The old woman was so deaf that she had never heard the King's command that all spindles should be destroyed. “Good morning, Granny," said the Princess, "what are you doing?" "I am spinning," said the old woman. "What is the thing that whirls round so merrily?" asked the Princess and she took the spindle and tried to spin too. But she had scarcely touched the spindle when it pricked her finger. At that moment she fell upon the bed which was standing near and lay still in a deep sleep. The King, Queen and servants had all started their morning routines and right in the midst of them fell asleep too. The horses fell asleep in the stable, the dogs in the yard, the doves on the roof and the flies on the wall. Even the fire in the hearth grew still and went to sleep. The kitchen maid, who sat with a chicken before her, ready to pluck its feathers, fell asleep. The cook was in the midst of scolding the kitchen boy for a mess he'd made but they both fell fast asleep. The wind died down and on the trees in front of the castle not a leaf stirred. Round the castle a hedge of brier roses began to grow up. Every year it grew higher until at last nothing could be seen of the sleeping castle. There was a legend in the land about the lovely Sleeping Beauty, as the King's daughter was called, and from time to time Princes came and tried to force their way through the hedge and into the castle. But they found it impossible for the thorns, as though they were alive, grabbed at them and would not let them through. After many years a Prince came again to the country and heard an old man tell the tale of the castle which stood behind the brier hedge and the beautiful Princess who had slept within for a hundred years. He heard also that many Princes had tried to make it through the brier hedge but none had succeeded and many had been caught in it and died. The the young Prince said, "I am not afraid. I must go and see this Sleeping Beauty." The good old man did all in his power to persuade him not to go, but the Prince would not listen. Now the hundred years were just ended. When the Prince approached the brier hedge it was covered with beautiful large roses. The shrubs made way for him of their own accord and let him pass unharmed. In the courtyard, the Prince saw the horses and dogs lying asleep. On the roof sat the sleeping doves with their heads tucked under their wings. When he went into the house, the flies were asleep on the walls and the servants asleep in the halls. Near the throne lay the King and Queen, sleeping peacefully beside each other. In the kitchen the cook, the kitchen boy and the kitchen maid all slept with their heads resting on the table. The Prince went on farther. All was so still that he could hear his own breathing. At last he reached the tower and opened the door into the little room where the Princess was asleep. There she lay, looking so beautiful that he could not take his eyes off her. He bent down and gave her a kiss. As he touched her, Sleeping Beauty opened her eyes and smiled up at him. Throughout the castle, everyone and everything woke up and looked at each other with astonished eyes. Within the month, the Prince and Sleeping Beauty were married and lived happily all their lives.

Pangeran Katak

Dahulu kala ada seorang raja besar di negeri Daha, yang mempunyai seorang puteri yang sangat cantik. Nama putri itu adalah Kencana. Ia sangat disayang karena merupakan anak tunggal. Oleh karenanya, ia dilarang bermain jauh- jauh. Di dalam hati ingin benar puteri Kencana melihat- lihat daerah di luar istana. Pada suatu malam, Tuan Puteri bermimpi bertemu dengan seorang pangeran yang tampan parasnya dan kekar tubuhnya. Sejak saat itu, sangat rindu hendak bertemu dengan pangeran dalam mimpinya itu. Oleh karena sudah tidak tahan lagi, maka mohonlah Ia izin pada ayahnya untuk berjalan- jalan di luar istana. Permohonanya sekali ini diluluskan ayahnya, asalkan ia diiringi oleh para dayang dan pengawal istana. Sambil diiringi para pengawalnya, tibalah ia disuatu tempat yang sangat indah, bersih, dan sejuk udaranya. Dan disanapun terdapat sebuah kolam yang ditumbuhi dengan bunga teratai. Anehnya, tempat yang seindah itu tidak ada penghuninya. Disana, Tuan Puteri dengan para dayangnya bercengkerama seolah- olah tidak ingin kembali lagi ke istana. Dalam bermain- main itu, selendang sang puteri diterbangkan angin dan jatuh kedalam kolam itu. Para pengiringnya berusaha untuk mencarinya. Namun, hasilnya nihil. Tuan Puteri terus menangis tidak mau pulang, sebelum benda itu dapat ditemukan kembali. Dalam keadaan hiruk- pikuk itu, melompatlah seekor katak besar dari dalam kolam itu. Lalu bercakap seperti manusia saja “mengapa Tuan Puteri menangis?” tanyanya. Jawab Tuan Puteri, “selendang ku jatuh kedalam kolam itu, lalu hilang. Tolonglah katak temukan kembali!” “baiklah, Tuan Puteri. Apakah upahku jika berhasil menemukannya kembali?” Tanya sang katak. “akan kuberi engkau emas intan sebagai upahnya.” Janji Tuan Puteri. Namun sang katak tidak mau dan berkata, “bukan itu pintaku, yang ku ingini adalah agar aku dapat selalu bersamamu”. Sambutan Tuan Puteri adalah dengan girang, “oh! Kalau itu saja sih yang engkau ingini boleh lah, asalkan selendangku kembali!” “bodoh amat binatang ini, mana dapat ia hidup tanpa air,” pkir Tuan Puteri. Belum selesai ia berfikir, dilihatnya sang katak sudah timbul kembali dari permukaan air dengan membawa selendangnya. Melihat itu Tuan Puteri kegirangan, sehingga ia pun segera lari pulang, tidak ingat pada sang katak. Melihat kelakuan puteri raja itu, sang katak tercengang serta sangat kecewa, karena tidak disangka bahwa Tuan Puteri akan melanggar janji, yang baru saja di ucapkannya. Dengan berlompat- lompat disusulnya rombongan Tuan Puteri yang sudah pergi jauh selai. Baru pada malam hari, sang katak dapat tiba di istana. Segera dicarinya kamar Tuan Puteri. Disana didapatinya Tuan Puteri sedang bercakap- cakap dengan Baginda Raja. Sang katak lalu mengetuk daun pintu. Yang membuka pintu adalah Tuan Puteri sendiri. Setelah dibuka kiranya yang ada dihadapannya adalah katak yang telah menolong mengambilkan selendangnya tadi siang. Dengan jengkel Tuan Puteri lalu menanyakan maksud kedatangannya. Jawab sang katak adalahbahwa ia hendak menuntut janji untuk dapat selalu hidup bersama Tuan Puteri. Karena malu diketahui ayahnya, maka Tuan Puteri segera menutup kembali pintunya rapat- rapat. Namun, sang katak belum mau pergi dan mengetuk kembali pintu itu, sehingga raja menanyakan hal itu kepada Tuan Puteri. Oleh karena terpaksa, maka Tuan Puteri akhirnya menceritakan perihal janjinya pada seekor katak yang tadi siang menolong mengambilkan selendang yang terjatuh kedalam kolam. “jika demikian janjimu, engkau harus menepati janjimu itu, dan apa salahnya membiarkan seekor katak mendampingimu?” demikianlah tanggapan sang raja dan disuruhnya sang katak itu masuk. Setelah itu, Baginda Raja pun meninggalkan Tuan Puteri dengan seekor katak. Tuan Puteri kemudian bersantap malam dengan kataknya. Pada waktu tidur, sang katak ternyata juga menaiki peraduan Tuan Puteri, sehingga Tuan Puteri sangat marah. Lalu diambilnya katak itu dan dilemparkannya keluar kamar, sambil berseru. “disanalah tempat tidurmu tau!” namun baru saja Tuan Puteri hendak meletakkan kepalanya diatas bantal, dilihatnya bahwa sang katak sudah terlentang disisinya. Dengan jengkelnya ia pun bertanya, “hai katak, mengapa enkau terus mengikuti aku saja?” jawab sang katak, “izinkanlah aku bercerita, agar Tuan Puteri maklum akan keadaan ku yang sebenarnya.” Katak itupun segera bercerita sejak awal sampai akhir mengenai pengalamannya menjelma menjadi seekor katak. Ternyata ia adalah seorang pangeran yang telah disihir menjadi seekor katak. Ia baru dapat bebas dari pengaruh sihirnya itu, apabila ada seorang puteri yang mengizinkan ia selalu berada di sampingnya. Setelah habis bercerita, sang katak membuka baju kataknya, dan menjelmalah menjadi manusia kembali. Melihat itu, Tuan Puteri menjadi sangat bahagia karena yang berada disampingnya adalah pangeran yang pernah ia jumpai di dalam mimpinya. Tanpa ragu- ragu lagi, Tuan Puteri segera memeluk kecintaanya yang ternyata mempunyai bentuk tubuh yang sangan bagus dan roman wajah yang teramat tampan. Keesokan harinya, pangeran itu diajak Tuan Puteri untukmenghadap ayahhanda. Raja sangat gembira setelah mendengar kisah sang pangeran, karena ternyata ia adalah Putera Raja Kuripan, yang telah menjadi katak itu. Tuan Puteri dan sang pangeran ternyata masih bersaudara karena mereka berdua adalah saudara misan. Kejadian ini segera dilaporkan kepada Raja Kuripan dan tidak lama berlangsunglah perkawinan antara dua insan yang saling bercinta itu hingga akhirnya mereka hidup bahagia selama- lamanya.