Dahulu kala ada seorang raja besar di negeri Daha, yang mempunyai seorang puteri yang sangat cantik. Nama putri itu adalah Kencana. Ia sangat disayang karena merupakan anak tunggal. Oleh karenanya, ia dilarang bermain jauh- jauh. Di dalam hati ingin benar puteri Kencana melihat- lihat daerah di luar istana.
Pada suatu malam, Tuan Puteri bermimpi bertemu dengan seorang pangeran yang tampan parasnya dan kekar tubuhnya. Sejak saat itu, sangat rindu hendak bertemu dengan pangeran dalam mimpinya itu. Oleh karena sudah tidak tahan lagi, maka mohonlah Ia izin pada ayahnya untuk berjalan- jalan di luar istana. Permohonanya sekali ini diluluskan ayahnya, asalkan ia diiringi oleh para dayang dan pengawal istana. Sambil diiringi para pengawalnya, tibalah ia disuatu tempat yang sangat indah, bersih, dan sejuk udaranya. Dan disanapun terdapat sebuah kolam yang ditumbuhi dengan bunga teratai. Anehnya, tempat yang seindah itu tidak ada penghuninya. Disana, Tuan Puteri dengan para dayangnya bercengkerama seolah- olah tidak ingin kembali lagi ke istana.

Dalam bermain- main itu, selendang sang puteri diterbangkan angin dan jatuh kedalam kolam itu. Para pengiringnya berusaha untuk mencarinya. Namun, hasilnya nihil. Tuan Puteri terus menangis tidak mau pulang, sebelum benda itu dapat ditemukan kembali. Dalam keadaan hiruk- pikuk itu, melompatlah seekor katak besar dari dalam kolam itu. Lalu bercakap seperti manusia saja “mengapa Tuan Puteri menangis?” tanyanya. Jawab Tuan Puteri, “selendang ku jatuh kedalam kolam itu, lalu hilang. Tolonglah katak temukan kembali!”
“baiklah, Tuan Puteri. Apakah upahku jika berhasil menemukannya kembali?” Tanya sang katak. “akan kuberi engkau emas intan sebagai upahnya.” Janji Tuan Puteri. Namun sang katak tidak mau dan berkata, “bukan itu pintaku, yang ku ingini adalah agar aku dapat selalu bersamamu”. Sambutan Tuan Puteri adalah dengan girang, “oh! Kalau itu saja sih yang engkau ingini boleh lah, asalkan selendangku kembali!”
“bodoh amat binatang ini, mana dapat ia hidup tanpa air,” pkir Tuan Puteri. Belum selesai ia berfikir, dilihatnya sang katak sudah timbul kembali dari permukaan air dengan membawa selendangnya. Melihat itu Tuan Puteri kegirangan, sehingga ia pun segera lari pulang, tidak ingat pada sang katak. Melihat kelakuan puteri raja itu, sang katak tercengang serta sangat kecewa, karena tidak disangka bahwa Tuan Puteri akan melanggar janji, yang baru saja di ucapkannya. Dengan berlompat- lompat disusulnya rombongan Tuan Puteri yang sudah pergi jauh selai. Baru pada malam hari, sang katak dapat tiba di istana. Segera dicarinya kamar Tuan Puteri. Disana didapatinya Tuan Puteri sedang bercakap- cakap dengan Baginda Raja. Sang katak lalu mengetuk daun pintu. Yang membuka pintu adalah Tuan Puteri sendiri.
Setelah dibuka kiranya yang ada dihadapannya adalah katak yang telah menolong mengambilkan selendangnya tadi siang. Dengan jengkel Tuan Puteri lalu menanyakan maksud kedatangannya. Jawab sang katak adalahbahwa ia hendak menuntut janji untuk dapat selalu hidup bersama Tuan Puteri. Karena malu diketahui ayahnya, maka Tuan Puteri segera menutup kembali pintunya rapat- rapat. Namun, sang katak belum mau pergi dan mengetuk kembali pintu itu, sehingga raja menanyakan hal itu kepada Tuan Puteri. Oleh karena terpaksa, maka Tuan Puteri akhirnya menceritakan perihal janjinya pada seekor katak yang tadi siang menolong mengambilkan selendang yang terjatuh kedalam kolam.
“jika demikian janjimu, engkau harus menepati janjimu itu, dan apa salahnya membiarkan seekor katak mendampingimu?” demikianlah tanggapan sang raja dan disuruhnya sang katak itu masuk. Setelah itu, Baginda Raja pun meninggalkan Tuan Puteri dengan seekor katak. Tuan Puteri kemudian bersantap malam dengan kataknya. Pada waktu tidur, sang katak ternyata juga menaiki peraduan Tuan Puteri, sehingga Tuan Puteri sangat marah. Lalu diambilnya katak itu dan dilemparkannya keluar kamar, sambil berseru. “disanalah tempat tidurmu tau!” namun baru saja Tuan Puteri hendak meletakkan kepalanya diatas bantal, dilihatnya bahwa sang katak sudah terlentang disisinya. Dengan jengkelnya ia pun bertanya, “hai katak, mengapa enkau terus mengikuti aku saja?” jawab sang katak, “izinkanlah aku bercerita, agar Tuan Puteri maklum akan keadaan ku yang sebenarnya.”
Katak itupun segera bercerita sejak awal sampai akhir mengenai pengalamannya menjelma menjadi seekor katak. Ternyata ia adalah seorang pangeran yang telah disihir menjadi seekor katak. Ia baru dapat bebas dari pengaruh sihirnya itu, apabila ada seorang puteri yang mengizinkan ia selalu berada di sampingnya. Setelah habis bercerita, sang katak membuka baju kataknya, dan menjelmalah menjadi manusia kembali. Melihat itu, Tuan Puteri menjadi sangat bahagia karena yang berada disampingnya adalah pangeran yang pernah ia jumpai di dalam mimpinya.
Tanpa ragu- ragu lagi, Tuan Puteri segera memeluk kecintaanya yang ternyata mempunyai bentuk tubuh yang sangan bagus dan roman wajah yang teramat tampan. Keesokan harinya, pangeran itu diajak Tuan Puteri untukmenghadap ayahhanda. Raja sangat gembira setelah mendengar kisah sang pangeran, karena ternyata ia adalah Putera Raja Kuripan, yang telah menjadi katak itu. Tuan Puteri dan sang pangeran ternyata masih bersaudara karena mereka berdua adalah saudara misan. Kejadian ini segera dilaporkan kepada Raja Kuripan dan tidak lama berlangsunglah perkawinan antara dua insan yang saling bercinta itu hingga akhirnya mereka hidup bahagia selama- lamanya.